MOTIVASI
A. Pengertian, Sumber dan Penggolongan Motivasi Perilaku Manusia
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc.
Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri
pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan
energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Ngalim Purwanto (2000: 71) menyatakan bahwa motivasi adalah
“pendorong” yaitu suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi dapat berpengaruh
pada tingkah laku seseorang seperti belajar, dengan belajar seseorang dapat
merubah sikapnya menjadi lebih baik atau bahkan mengarah pada sikap yang buruk.
Sehingga belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu
perubahan atau pembaharuan tingkah laku atau kecakapan.
a. Para ahli mendefinisikannya dengan cara dan gaya yang berbeda,
namun esensinya menuju kepada maksud yang sama, ialah bahwa motivasi itu
merupakan:
- Suatu kekuatan atau tenaga atau daya;
- Suatu keadaan kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu
untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
b. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan:
- Datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik)
- Datang dari lingkungan (ekstrinsik)
c. Atas dasar sumber dan proses perkembangan, terjadi penggunaan
berbagai macam istilah yang sering dipertukarkan. Untuk keperluan studi
psikologis telah diadakan penertiban dengan diadakan penggolongannya, antara
lain sebagai berikut ini.
1. Motif primer (motivasi dasar)
Menunjukkan kepada motif yang tidak dipelajari yang untuk ini
sering juga digunakan istilah dorongan. Golongan motif ini pun dibedakan lagi
ke dalam:
(a) Dorongan fisilogis yang bersumber pada kebutuhan organis yang
mencakup antara lain lapar, haus, pernapasan, seks, kegiatan, dan istirahat.
Untuk menjamin kelangsungan hidup organis diperlukan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga mencapai keadaan fisik yang seimbang.
(b) Dorongan umum da motif darurat, termasuk didalamnya dorongan
takut, kasih sayang, kegiatan, kekaguman, dan ingin tahu,dalam hubungannya
dengan rangsangan dari luar, termasuk dalam golongan melarikan diri, menyerang,
berusaha dan mengejar untuk menyelamatkan dirinya.
2. Motif sekunder
Menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena
pengalaman, dan dipelajari kedalam golongan sebagai berikut :
a. Takut yang dipelajari (learned fears)
b. Motif social (ingin diterima, ingin dihargai, konformitas,
afiliasi dll)
c. Motif-motif obyektif (eksplorasi, manipulasi, dan minat)
d. Maksud (purpose) dan aspirasi
e. Motif berprestasi (achievement motive)
B. Dinamika Proses Perilaku Manusia
(a) Dipandang dari segi motifnya setiap gerak manusia itu selalu mengandung
3 aspek yang kedudukannya bertahap dan berurutan :
1. Motivating states
Timbul kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagi akibat
terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dari dalam diri organisme
atau tergantung pada stimulasi tertentu.
2. Motivating behavior
Bergeraknya organisme kearah tujuan tertentu sesuai dengan sifat
kebutuhan yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya. Misal: haus mencari air untuk
diminum, dengan demikian setiap prilaku manusia bersifat instrumental (sadar
atau tak sadar)
3. Satisfied conditions
Dengan dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa,
maka dalam kesimbangan dari dalam organism pulih kembali dengan terpeliharanya,
homostetis, kondisi demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau lega.
(b) Terjadinya metabolism dan penggunaan atau pelepasan kalori,
perangsangan kembali, dan sebagainya, kepuasan itu hanya bersifat temporal
(sementara). Oleh karena itu, gerakkan proses prilaku itu sebenarnya akan
berlangsung secara siklus (cyclical) yang dapat digambarkan secara sistematis :
C. Cara Mengukur dan Usaha Meningkatkan Motivasi
1. Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidaklah
merupakan suatu substansi yang dapat kita amati.
Yang dapat kita lakukan ialah mengidentifikasikan beberapa indikatornya. Abin Syamsudin (2007:40) mengemukakan beberapa indikator motivasi, yaitu:
Yang dapat kita lakukan ialah mengidentifikasikan beberapa indikatornya. Abin Syamsudin (2007:40) mengemukakan beberapa indikator motivasi, yaitu:
a. Durasinya kegiatan ( berapa lama kemampuan penggunaan waktunya
untuk melakukan kegiatan)
b. Frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam
preiode waktu tertentu)
c. Presistensinya ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan
d. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan
kesulitan untuk mencapai tujuan
e. Devosi pengabdian dan pengorbanan uang, tenaga, pikiran bahkan
jiwanya atau nyawanya untuk mencapai tujuan
f. Tingkatan aspirasinya, maksud rencana, cita-cita, sasaran atau
target dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
g. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau out put yang
dicapai.
h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.
2. Dari indiKator diatas maka akan melahirkan teknik pendekatan dan
pengukuran tertentu dapat dipergunakan:
a. Tes tindakan disertai observasi
b. Quesioner dan infentori
c. Mengarang bebas untuk mengetahui cita – cita dan aspirasi
d. Tes prestasi dan skala sikap
3. Saran upaya untuk meningkatkan motivasi kerja dan termasuk
belajar sebagai berikut :
a. Hindarkan sugesti dan kondisi yang negatif
b. Ciptakan situasi kompetisi yang sehat
c. Adakan pacemaking atas dasar prinsip goalgradiened
d. Informasikan hasil kegiatan dan berikan kesempatan pada
individua tau kelompok
e. Memberikan ganjaran dan hadiah (reward and bonus atau insentif
dapat diberikan dalam bentuk pujian, piagam, fasilitas, kesempatan promosi)
D. Proses Membuat Pilihan dan Keputusan, Konflik dan Frustasi,
Serta Bentuk Perilaku Penyesuaiannya
1. Dalam rangkaian proses pemenuhan felts needs individu pada
umumnya dihadapkan pada sejumlah alternatif baik dalam aspek maupun dalam
tahapan
- Instrumentals behaviornya kemungkinan-kemungkinan tindakan yang
dapat ditempuh.
- Goal atau incentive kemungkinan sasaran tujuan yang hendak
dicapai
2. Individu harus menentukan pilihan diantara alternative yang ada
faktor-faktornya :
- Pertimbangan untung rugi (cost – benefite) dari setiap alternatif
secara rasional diuji
- Kemauan (the willingess) dan kata hati (the conscience of man)
juga turut menentukan dalam proses pemilihan dan pengambilan keputusan itu
karena resiko akibatnya juga harus ditanggung.
3. Seandainya individu menghadapi alternative yang mengandung
motif-motif atau resiko untung rugi atau positif negative yang sama kuatnya,
dan proses pemilihan dan pengambilan keputusanpun tidak dapat dilakukan dengan
segera, maka dalam diri individu yang bersangkutan akan terjadi perang batin
yang tidak berkesudahan dan berkeputusan (Psychological conflict)
Sesuai dengan sifat motivasi atau resikonya dari setiap alternative
ia akan mengalami kemungkinan:
a) Approach – approach conflict kalau semua alternatif yang ada
sama-sama dikehendaki karena mengandung resiko yang sama-sama positif
b) Avoidance conflict kalau semua alternative yang ada sama-sama
tidak dikehendaki karena mengandung resiko yang sama negative
c) Approach – avoidance conflict kalau alternative tertentu yang
dikehendaki mengandung resiko yang positif tetapi sekalugus juga negative yang
sama kuatnya.
4. Kalau perang batin itu tidak dapat diatasi, individu yang
bersangkutan akan merasa kekecewaan mendalam karena tujuan yang dikehendakinya
tak bisa terlaksanakan dan tercapai. Perasaan kecewa itu dan situasi tidak
tercapai tujuan yang dikehendakinya itulah yang dalam psikologi lazim disebut
frustasi. sumber yang emndatangkan frustasi ini berwujud manusia (person) baik
diri sendiri maupun oranglain. Hal yang bukan orang peristiwa atau keadaan alam
situasi lain.
5. Reaksi individu yang bersangkutan terhadap frustasi
bermacam-macam prilakunya, tergantung pada kemampuan akal sehatnya (reasoning
intelligence)
6. Kalau akal sehat berani menghadapi kenyataan, pada akhirnya
mungkin dengan bantuan pihak dan cara tertentu konselor, psikolog, orang tua,
temen deket, ulama, pendeta, istikhoroh/meditasi. Ia juga dapat mengambil
keputusan yang sehat secara rasional sehingga tujuannya tercapai. Tindakan itu
disebut Adjusment (penyesuaian permasalahan). Adjustment ini mungkin dilakukan
dengan cara :
a) Aktif ia merubah lingkungan, mungkin mencari dan mengubah
alternatifnya tetapi dapat sampai pada goalnya yang diinginkan.
b) Pasif ia mengubah dirinya mungkin mengadakan modifikasi
aspirasinya sehingga ia dapat menetapkan tujuan secara realistic dan bertindak
secara realistic pula.
7. Namun jika akal sehatnya tidak mampu berfungsi sebagaimana
mestinya, perilaku yang bersangkutan dikendalikan oleh hasrat emosionalnya.
Oleh karena itu, reaksinyapun akan bersifat emocional pula dengan demikian,
meskipun ia berusaha mencapai penyelesaian pencapaian tujuannya, kemungkinan
besar akan selalu kandas bahkan mungkin mendapatkan hasil dan mengalami situasi
yang lebih buruk dari apa yang diharapkan. Penyesuaian yangsalah atau keliru
seperi yang disebut maladjusment.
Intellegence secara fungsional dalam proses tindakan dapat
dikemukanan menjadi beberapa jenis ialah :
- Agresi marah
- Kecemasan tak berdaya
- Regresi
- Fiksasi
- Represi
- Rasionalisasi
- Proyeksi
- Sublimasi
- Kompensasi
- Berfantasi
8. Sudah jelas, guru mempunyai tanggung jawab moral yang amat berat
kalau situasi sekolah dan tindakan pada guru mengakibatkan para siswa harus
mengalami situasi-situasi dan berperilaku seperti diatas. Merupakan kewajiban
moral pula untuk memberikan bantuan dan bimbingan secara positif terhadap siswa
yang mungkin tak terelakkan mengalaminya.